Sabtu, 27 Maret 2010

Menjadi Atlet Poomsae Itu Mudah?



Atlet Taekwondo identik dengan kyorugi, sebagian besar taekwondoin berkarir pada kyorugi. Dengan beban latihan yang berat, olah fisik yang teratur, berlatih teknik, mental, dll membuat suatu stigma atau pandangan bahwa menjadi atlet kyorugi adalah segala-galanya.

Seiring bertambahnya regulasi terbaru dari WTF (World Taekwondo Federation) pertandingan taekwondo sekarang tidak hanya mempertandingkan kelas kyorugi saja, tapi muncul “mainan” baru, yaitu pertandingan poomsae. Saat ini, pertandingan poomsae sering disisipkan (exhibition) di tiap pertandingan taekwondo.

Karena merupakan “mainan” baru, maka banyak yang menganggap remeh baik pertandingannya maupun atletnya. Banyak yang salah sangka, bahwa mengikuti pertandingan poomsae itu sangat mudah. Tidak perlu latihan fisik, teknik, mental, bahkan tidak perlu capek-capek latihan layaknya pertandingan kyorugi.

Jika kita menganggap demikian, maka mulai sekarang hilangkan pola pikir seperti itu…

Seorang atlet poomsae tidak bisa dipandang sebelah mata…

Poomsae merupakan serangkaian gerakan yang sangat membutuhkan konsentrasi penuh di tiap gerakannya, dituntut untuk menghasilkan gerakan yang indah, penuh tenaga yang ideal, sehingga menimbulkan suatu seni tersendiri bagi yang melihatnya.

Melakukan gerakan poomsae perlu latihan yang intensif, latihan teknik yang tepat, fisik yang kuat (dalam hal ini, mengenai pengaturan pernapasan), dan tentu saja membutuhkan mental yang kuat.

Kenapa harus mempunyai mental yang kuat? Bukankah kita tidak head to head dengan lawan, atau tidak bertarung dengan siapapun?
Memang kita tidak berhadapan dengan lawan seperti di kyorugi, yang kita hadapi adalah penonton, wasit, dan diri kita sendiri. Apalagi jika kita bertanding di kelas individu, jika mental kita tidak siap, maka yang terjadi adalah…..(tebak sendiri lah…)

Kenapa harus berlatih intensif untuk menghadapi suatu pertandingan poomsae? Kenapa harus latihan fisik dan teknik segala?
Poomsae yang dipertandingkan, menuntut sebuah kesempurnaan, yang menilai adalah penonton, wasit, dan diri kita sendiri. Untuk mencapai kesempurnaan poomsae, dibutuhkan latihan yang intensif, fisik yang prima (agar tidak ngos-ngosan setelah melakukan poomsae), dan teknik yang tepat.

Menjadi atlet poomsae adalah suatu kebanggaan tersendiri, sama seperti atlet kyorugi, bahwa tidak semua taekwondoin mampu menjadi atlet, apalagi menjadi atlet yang langganan juara. Jadi apapun background kita (poomsae atau kyorugi) kita wajib bangga dan terus memiliki semangat tinggi untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya.


Salam Taekwondoin




==hanny==


Senin, 15 Maret 2010

Nonton Pertandingan ITF yuk...(Best Knockout)




Mau lihat pertandingan ITF (International Taekwondo Federation) ?


Check this out !!!!






Semoga menambah wawasan...



=hanny=

Belajar Rope Skipping Yuk...





Rope Skipping atau lompat tali, berguna untuk menunjang performa kita dalam berlatih Taekwondo. Latihan yang intensif, akan membuat footwork (pergerakan kaki) kita menjadi lincah, fisik kita bertambah, nafas kita bagus, dan yang terutama adalah speed kita bisa bertambah.

Untuk yang masih belajar, standarnya minimum 100 kali tanpa putus, istirahat 1 menit, lalu lanjutkan set kedua 100 kali, sampai seterusnya.

Olahraga ini termasuk ringan, dan dapat kita lakukan setiap hari (wajib hukumnya).
Di bawah ini ada tutorial menarik, tentang belajar rope skipping :




Dan ini variasinya :





Semoga bermanfaat





=hanny=

Minggu, 14 Maret 2010

Menangkis Tendangan dengan Tangan = Fatal



Taekwondoin pemula yang sedang belajar kyorugi pasti sering melakukan kebiasaan yang membahayakan, dengan menangkis tendangan dengan tangan (baik bagian lengan maupun tangan). Maksud utamanya agar untuk melindungi agar bagian bodi tidak terkena tendangan.

Perlu ditekankan bahwa menangkis tendangan dengan tangan itu sangat berbahaya. Resiko cedera yang akan terjadi sangat besar, fatalnya bisa membuat patah tulang bagian lengan.

Ini berbeda dengan
teknik memblok tendangan, memblok tendangan lawan berbeda dengan menangkis tendangan lawan. Menangkis berarti ada gerakan mengayun dengan power, sedangkan memblok tidak ada gerakan mengayun sama sekali.

Sebetulnya ada cara yang lebih efektif untuk menghindar dari tendangan lawan, daripada kita menangkis, lebih bijak kita melakukan step mundur (bisa juga step ke samping), baru kita counter.

Teknik kyorugi yang alami adalah, saat lawan menyerang, maka kita jangan ikut menyerang (yang akan terjadi jika kita ikut menyerang adalah benturan), tetapi kita menyiapkan teknik counter, sebaliknya jika lawan pasif, maka kita siapkan teknik untuk menyerang (attack).




Mengepal dapat menghindarkan kita dari cedera karena tendangan lawan






Salah satu kebiasaan buruk lainnya adalah,
tidak mengepal saat kyorugi, dengan posisi jari yang terbuka, sangat besar kemungkinan cedera jika terkena tendangan. Daripada jari tangan patah terkena tendangan, lebih baik jika kita belajar meminimalisir cedera dengan mengepalkan tangan kita. Lebih baik mencegah daripada mengobati.




Maju terus Taekwondo Indonesia




==hanny==

Kamis, 11 Maret 2010

Melatih Power Pukulan dengan Push Up




Taekwondo sebagian besar terfokus pada latihan tendangan, lalu bagaimana jika ingin lebih memperdalam teknik (khususnya power) pukulan?

Berikut ada cara menarik supaya power pukulan kita meningkat :






1. posisi dari lantai, kedua tangan menyentuh bola terlebih dahulu

2. setelah itu baru diangkat, dan ditepuk, lalu kembali ke lantai lagi

3. diulang seterusnya

4. lakukan streching (pemanasan) terlebih dahulu sebelum mempraktekkannya




sumber : http://www.succeedinmartialarts.com

Minggu, 07 Maret 2010

Bagaimana Cara Mengikat Sabuk Yang Benar?




Lucu juga jika melihat taekwondoin yang sudah bersabuk tinggi, tapi masih salah dalam mengikat sabuknya. Di bawah ini ada referensi menarik, untuk dapat mengikat sabuk dengan benar.







Semoga bermanfaat


sumber : http://www.succeedinmartialarts.com

Kamis, 04 Maret 2010

Sekilas Tentang Doping (3)


d. Kopi=Doping?

Dosis kafein yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan adalah bila lebih dari 500 mg kafein perhari yang setara dengan 4-5 gelas kopi instan. Kelebihan kafein yang menggganggu kesehatan antara lain berupa sakit kepala, pegal otot, sulit tidur dan banyak buang air kecil.

Endang menyebutkan dalam artikelnya yang berjudul
Efek Kafein, “bahwa kafein juga bisa berperan sebagai doping”. Pasalnya, masuknya kafein ke tubuh sekitar 3 sampai 5 miligram/kilogram sebelum olahraga terbukti meningkatkan stamina. Pemberian 400 miligram kafein dengan membagi dosis atas 200 miligram 3 jam sebelum pertandingan olahraga, dan diikuti satu jam kemudian sebanyak 200 miligram akan meningkatkan performance. “Penggunaan lebih dari 6 mg/kg, jumlah yang ke luar melalui urine termasuk kriteria doping. Maka tidak dianjurkan minum kafein dalam dosis tinggi.

C. Mengapa Menggunakan Doping

Tak perlu bertanya kepada para pelaku, kita bisa menduga bahwa prestasi, gengsi, ambisi, bonus, uang, ketenaran, hiruk pikuk tepukan dan puja puji adalah jawaban mengapa seorang atlet menggunakan doping. Bisa jadi atlet hanyalah alat dari ambisi terselubung sebuah institusi induk organisasi, atau siapapun yang berada di balik layar, atau bahkan sebuah negara. Siapa yang dapat mengetahuinya ?

Sejauh ini, jika seorang olahragawan dicurigai dan pada pemeriksaan berikutnya benar-benar terbukti menggunakan Doping, maka dialah terdakwa utama, mungkin ada kambing hitam yang ikut berperan namun luput dari jeratan sanksi. Atau, tak jarang pula olahragawan tersebut memang pengguna doping sejati yang merancangnya secara sistematis demi sebuah prestasi.

Kita memaklumi, banyak negara menjadikan olahraga bak sebuah industri, melibatkan uang, melibatkan berbagai pihak dan kepentingan. Di sisi lain, sajian olahraga menjadi makin menarik, penuh pesona, mampu menyedot perhatian berjuta pasang mata, menciptakan kelompok-kelompok para fans, melecut gairah, menggugah histeria. Kadang memicu pertengkaran, perkelahian atau bahkan nyawapun jadi tumbal. Untuk itulah para olahragawan (dan para ofisial) dituntut selalu tampil prima untuk meraih impian, yakni kemenangan dan prestasi.

Tak ada yang salah ketika “kemenangan”, “gengsi” dan prestasi dikumandangkan. Namun upaya ke arah itu sepantasnya menggunakan cara-cara jujur dengan menjunjung tinggi nilai sportivitas sebagai “ruh” olah raga itu sendiri. Tentu dengan latihan tekun, teratur, terukur, sistematis dengan memanfaatkan teknologi terkini sejauh tidak melanggar ketentuan Induk Organisai Olahraga dan tidak merugikan kesehatan.

Selain hal tersebut diatas, sebab-sebab atlet melakukan doping juga dikarenakan oleh :
1) Atlet tidak mengerti/tidak mau mengerti akan bahaya dari
Doping.

2) Keinginan pribadi si atlit untuk menang dengan cara apapun.

3) Rangsangan hadiah apabila ia menang (segi komersiel).

4) Si atlet merasa yakin bahwa obat yang mereka minum
adalah baru dan tidak dapat dideteksi dalam air seninya.


Untuk mengurangi dan menghindari doping jalan yang dapat ditempuh untuk adalah dengan cara :
1) Penyebarluasan pengertian tentang efek buruk doping bagi
tubuh.

2) Memberikan sanksi-sanksi yang sangat berat bagi para pemakainya.


D. Hubungan antara Prestasi dan Sportivitas

Masih teringat jelas dalam pikiran kita, baru-baru ini seorang ratu atletik dari negeri Paman Sam dihukum 6 bulan karena keterlibatannya dengan doping dan dinilai mencemari nilai-nilai sportivitas dalam olah raga. Jika diruntut ke belakang, makin banyaklah daftar nama atlet terkenal yang terlibat Doping dan berakhir dengan sanksi. Bantahan atlet ataupun pembelaan dari para ofisial tak dapat melindungi si atlet dari jeratan hukum berdasarkan hasil pemeriksaan.

Seorang atlet ternama yang melakukan doping secara tidak langsung telah membohongi banyak publik. Apabila ia melakukan doping berarti ia tidak percaya akan kemampuan yang dimilikinya, Ia akan merasa tidak nyaman dan merasa kemampuannya terus menurun apabila tidak mengonsumsi suplemen atau obat-obatan. Atlet yang melakukan doping berarti tela merusak citra olahraga dan tidak menjunjung sportivitas. Apakah kemenangan dengan cara yang tidak jujur rasanya puas dan bangga bila dibandingkan dengan kemenangan yang bersih dan jujur? Atlet yang melakukan doping kurang menyadari akan sportivitas dan tidak menjunjung via olahraga.

Apabila seorang atlet ingin diakui dan berprestasi maka ia harus berlatih dengan giat dan tekun serta bersaing dengan jujur tanpa doping. Karena doping hanya akan menejerumuskan dan merusak tubuh serta bila ketahuan menggunakan doping maka akan menanggung malu dan mendapatkan hukuman dari pihak yang berwenang yaitu
WADA ( World Anti Doping Agency ), sebuah lembaga yang khusus menangani doping.


E. Peran Pemerintah dalam Menanggulangi Doping

Banyak sekali upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah guna menangani kasus doping di Indonesia. Jakarata, Kompas – Sebagai upaya untuk menjaga kemurnian olahraga dan nilai-nila olahraga dari tindakan yang merusak citra olahraga, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) membentuk Lembaga Anti Doping Indonesia, Jumat 6 Agustus 2004 di Jakarta. Lembaga tersebut independen dan terdiri atas para profesional, seperti dokter dan ahli hukum.

LADI merupakan tindak lanjut Indonesia dari konvensi dan deklarasi antidoping dalam olahraga, 3-5 Maret 2003 di Kopenhagen, Denmark, yang diwajibkan World Anti-Doping Agency (WADA). Dalam hal ini LADI tidak memiliki wewenang untuk menjatuhakan sanksi kepada atlet yang terbukti positif doping, LADI hanya memberikan analisis sampel, sedang sanksi diberikan oleh induk olahraga yang bersangkutan. Bagi atlet yang positif doping, WADA menjatuhkan sanksi berupa dua tahu skorsing sehingga atlet tesebut tidak boleh berkompetisi sama sekali selama jangka waktu tersebut. Jika dia untuk kedua kalinya kedapatan doping lagi, maka WADA menjatuhkan sanksi serupa dengan yang pertama. Akan tetapi, jika terbukti positif doping sekali lagi atlet tersebut dilarang bertanding seumur hidup. “Hal itu lebih ringan daripada sanksi IOC sebelumnya, yaitu sanksi larangan bertanding plus denda ribuan dolar AS,” kata Cahyo Adi (Kompas, 7 Agustus 2004).



sumber : http://ariftenis.wordpress.com dan http://kompas.com

Sekilas Tentang Doping (2)



b. Efek Doping

Meskipun atlet sudah tahu akan
bahaya doping tetapi mereka tetap saja melakukannya tanpa berpikir panjang. Atlet yang melakukan doping biasanya karena stres, ia tidak mencapai hasil latihan yang maksimal. Selain itu juga dapat dikarenakan tergiur akan hadiah pada turnamen/pertandingan. Penyesalan memang selalu datang diakhir, setelah atlet pensiun maka ia akan berpikir dan merasa bahwa doping berpengaruh pada tubuhnya.

Pengaruh atau efek doping tergantung pada jenis obatnya dan biasanya akan dirasakan setelah beberapa tahun atau setelah atlet berusia tua. Berikut jenis obat doping dan pengaruhnya bagi tubuh :

Ø
Analgesic. Sebagai penghilang rasa sakit ketika haid menjelang. Tetapi, dampaknya jika salah memilih obat bisa mengakibatkan sulit bernapas, mual, kehilangan konsentrasi, dan mungkin menimbulkan adiksi atau kecanduan.

Ø
Diuretika contoh : acetazolamide, bumetanide, chlorthalidone. Pada beberapa jenis olah raga yang memiliki kriteria berat badan, misalnya angkat besi,diuretika untuk mengeluarkan cairan tubuh. Banyak dan cepatnya pengeluaran air seni ini akan cepat menurunkan berat badan sebab 60 persen dari berat badan manusia terdiri atas air. Sayangnya, bersama itu akan terbawa keluar pula beberapa jenis garam mineral. Akibatnya, timbul kejang otot, mual, sakit kepala, dan pingsan. Pemakaian yang terlalu sering mungkin akan menyebabkan gangguan ginjal dan jantung. selain dehidrasi, sakit kepala, mual, dan detak jantung yang tidak normal, dehidrasi yang parah dapat menyebabkan ginjal dan jantung berhenti bekerja

Ø
Eritropoetin dan menyuntikkan darah, kedua cara ini akan meningkatkan jumlah sel darah merah di dalam tubuh. Fungsi sel darah merah melalui hemoglobin adalah mengangkut oksigen. Dengan jumlah oksigen yang cukup bagi seluruh tubuh, proses pembakaran akan berjalan lancar sehingga energi yang dihasilkan akan bertambah. Cara ini biasanya untuk atlet yang memerlukan daya tahan lama. Misalnya, untuk lari jauh, maraton, thriatlon, sky, berenang 800 m, dan balap sepeda jarak jauh. Namun, efek bahaya suntikan eritropoetin darah menjadi lebih pekat sehingga mudah menggumpal dan memungkinkan terjadinya stroke (pecahnya pembuluh darah di otak).

Ø Doping dengan
suntikan darah akan menimbulkan reaksi alergi, meningkatnya sirkulasi darah di atas normal, dan mungkin gangguan ginjal. Golongan obat peptide hormonis dan analognya dapat berakibat atlet menderita sakit kepala, perasaan selalu letih, depresi, pembesaran buah dada pada atlet pria, dan mudah tersinggung. Selain sejumlah kerugian tadi, dampak kejiwaan yang diderita atlet pengguna doping yang ketahuan adalah siksaan tersendiri. Banyak atlet pemakai doping yang menderita depresi.

Ø
Obat-obatan anabolik, termasuk hormon androgenik steorid. Jenis hormon ini punya efek berbahaya, baik bagi atlet pria maupun atlet perempuan karena mengganggu keseimbangan hormon tubuh serta meningkatkan risiko terkena penyakit hati dan jantung. Khusus bagi atlet perempuan, pemakaian hormon ini akan menyebabkan tumbuhnya sifat pria, seperti berkumis, suara berat, dan serak. Lalu, timbul gangguan menstruasi, perubahan pola distribusi pertumbuhan rambut, mengecilkan ukuran buah dada, dan meningkatkan agresivitas. Bagi atlet remaja, itu akan mengakibatkan timbulnya jerawat dan pertumbuhannya akan berhenti. Efek samping lainnya yaitu meningkatkan tekanan darah dan suhu tubuh, meningkatkan dan membuat tidak beraturan detak jantung, serangan dan kegelisahan, kehilangan nafsu makan dan kecanduan. Ini dapat menyebabkan jantung berhenti, stroke dan kematian. Stimulan ini dapat ditemukan dalam resep dan obat-obat yang dijual di konter termasuk dalam herbal dan makanan tambahan.

Ø
Anabolic steroids, contohnya androstenedione, nandrolone dan stanozolol. Untuk merangsang sel otot dan tulang untuk membuat protein baru. Mereka meningkatkan kekuatan otot dan mendorong pertumbuhan otot baru, meniru pengaruh dari hormon seks laki-laki testosteron. Mereka juga meningkatkan tekanan darah, memperkeras arteri dan meningkatkan resiko sakit jantung, sakit lever, dan kanker tertentu.

Ø
HGH Human Growth Hormone (hormon pertumbuhan manusia), somatotrophin. menyamai hormon pertumbuhan dalam darah yang dikendalikan oleh mekanisme kompleks yang merangsang pertumbuhan, membantu sintesa protein dan menghancurkan lemak. HGH disalahgunakan oleh saingan untuk merangsang otot dan pertumbuhan jaringan. Efek yang merugikan termasuk kelebihan kadar glukosa, akumulasi cairan, sakit jantung, masalah sendi dan jaringan pengikat, kadar lemak tinggi, lemahnya otot, aktivitas thyroid yang rendah dan cacat.

Ø
ERYTHROPOIETIN (EPO) EPO dipeoduksi oleh ginjal untuk merangsang produksi sel darah merah untuk mengangkut oksigen. Kegunaan utama dari EPO sintetis adalah untuk mengobati anemia. Ini disalahgunakan oleh atlet jarak jauh, pemain ski cross-country dan pembalap sepeda untuk meningkatkan daya tahan. Efek yang merugikan termasuk tekanan darah tinggi, menyumbat pembuluh arteri dan vena, pembengkakan otak, jantung berdebar, sakit dan luka pada otot dan mual.

Ø
BETA-BLOCKERS, untuk membendung penyampaikan rangsangan ke jantung, paru-paru dan aliran darah, memperlambat rata-rata detak jantung. Itu dilarang dalam olahraga seperti panahan dan menyelam karena menghindarkan getaran. Efek merugikan yang terjadi antaralain mimpi buruk, susah tidur, kelelahan, depresi, gula darah rendah dan gagal jantung.

Ø
Doping darah. Mengatur sel darah merah atau hasil peroduksi yang terkait untuk menambah jumlah sel darah merah buatan yang ada di dalam tubuh, yang meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dalam tubuh. Darah dapat diambil dari atletnya sendiri dan disimpan selama dua atau tiga bulan menjelang kompetisi. Efek merugikan termasuk gagal ginjal dan lever dan kerusakan otak.



sumber : http://ariftenis.wordpress.com

Sekilas Tentang Doping (1)




A. Pengertian Doping

Doping adalah penggunaan obat obatan untuk meningkatkan perfomance dalam berolahraga. Berakar kata “dope”, yang digunakan suku asli di Afrika Selatan untuk nama minuman beralkohol yang mereka pakai dalam upacara dansa-dansi.

Adapun definisi-definisi untuk doping ini berubah-ubah terus sesuai dengan perkembangan zaman. Definisi yang pertama digariskan adalah pada tahun 1963 dan berbunyi sebagai berikut : doping adalah pemakaian zat-zat dalam bentuk apapun yang asing bagi tubuh, atau zat yang fisiologis dalam jumlah yang tak wajar dengan jalan tak wajar pula oleh seseorang yang sehat dengan tujuan untuk mendapatkan suatu peningkatan kemampuan yang buatan secara tidak jujur. Juga bermacam-macam usaha psikologis untuk meningkatkan kemampuan dalam olahraga harus dianggap sebagai suatu
doping. (Hario Tilarso. Masalah Doping. Jakarta. Pusat Kesehatan Olahraga DKI)

Lalu karena dirasakan sukar untuk membedakan antara suatu pemakaian doping dengan suatu pengobatan memakai obat-obat stimulantia maka ditambah pula hal-hal baru dalam definisi tersebut : Bila karena suatu pengobatan terjadi kenaikan suatu kemampuan fisik karena khasiat obat atau karena dosis yang berlebih maka pengobatan tersebut dianggap sebagai suatu doping.

Pada
Kongres Ilmiah Olahraga Internasional yang diadakan pada saat berlangsungnya Olympiade Tokyo 1964 diadakan perubahan definisi doping tersebut menjadi sebagai berikut Doping adalah pemberian kepada ,atau pemakaian oleh seorang atlet yang bertanding, suatu zat asing melalui cara apapun, atau suatu zat yang fisiologis dalam jumlah yang tak wajar, atau diberikan dengan cara yang tak wajar dengan maksud/tujuan khusus untuk meningkatkan secara buatan dengan cara yang tak jujur kemampuan si atlet dalam pertandingan. Dalam kontek sekarang, doping diartikan penggunaan bahan-bahan kimia yang terlarang yang diduga bisa membahayakan kesehatan pemakainya.
B. Macam-Macam Doping

Ambisi untuk menang dalam jagat olah raga, baik bagi kebanggaan diri sendiri, keluarga, maupun negara, menyebabkan atlet, pelatih, atau si orang tua atlet menghalalkan segala cara. Tersering, cara yang digunakan adalah meminum secara teratur obat, ramuan tetumbuhan, atau zat tertentu agar otot tubuh menjadi besar dan kuat. Cara tersebut populer disebut
doping dilarang dalam dunia olahraga karena dianggap tidak jujur.

Selain itu,
doping juga berbahaya bagi kesehatan si atlet sebab itu dapat menyebabkan timbulnya penyakit, cacat, bahkan kematian. Jadi, keuntungan yang didapat tidaklah seimbang dengan kerugian yang akan diderita bertahun-tahun kemudian. Belum lagi kalau ketahuan, si atlet dan pembinanya harus menanggung rasa malu.

Keberadaan doping di kalangan atlet agak sulit dibendung selama si atlet tidak mengakui keberadaan dan kemampuan fisiknya sendiri. Sudah banyak peraturan dan batasan-batasan yang sengaja dibuat untuk selalu menjaga kejujuran, bahkan sudah banyak sanksi tegas, mulai dari yang ringan sampai yang berat, diberlakukan pada mereka yang terbukti melanggar.

Hingga kini, jenis obat yang masuk doping adalah
golongan stimulant (perangsang), golongan narkotik analgesic, golongan anabolik steroid, golongan betablocker, golongan diuretika, dan golongan peptide hormons dan analognya. Selain itu, ada cara tertentu yang termasuk doping yaitu doping darah, manipulasi secara fisik, dan farmakologi. Adapun, bahan obat yang dibatasi adalah alkohol, mariyuana, anestesi lokal, dan kortikosteroid.

Salah satu jenis doping yang paling sering digunakan para atlet adalah obat-obatan
anabolik, termasuk hormon androgenik steorid. Jenis hormon ini punya efek berbahaya, baik bagi atlet pria maupun atlet perempuan karena mengganggu keseimbangan hormon tubuh serta meningkatkan risiko terkena penyakit hati dan jantung.

Khusus bagi atlet perempuan, pemakaian hormon ini akan menyebabkan tumbuhnya sifat pria, seperti berkumis, suara berat, dan serak. Lalu, timbul gangguan menstruasi, perubahan pola distribusi pertumbuhan rambut, mengecilkan ukuran buah dada, dan meningkatkan agresivitas. Bagi atlet remaja, itu akan mengakibatkan timbulnya jerawat. Yang terpenting, pertumbuhannya akan berhenti.

Zat doping lain yang digunakan biasanya oleh pemanah dan penembak dengan tujuan meningkatkan ketenangan, mengurangi tangan gemetar, menurunkan denyut jantung agar lebih mudah berkonsentrasi adalah obat yang tergolong
betablocker. Obat ini digunakan dokter untuk mengobati penyakit jantung, yaitu mengurangi palpitation (jantung berdebar) dan menurunkan tekanan darah (penderita penyakit jantung akibat tekanan darah tinggi).

Psikostimulansi: Amfetamin, kokain, nikotin, kofein.
Ketergantungan fisik tidak begitu kuat, sedangkan ketergantungan psikis bervariasi dari lemah (kofein) sampai sangat kuat (amfetamin, kokain).
Senyawa anfetamin: anfetamin, metamfetamin (“speed”) MTA, dan ectasy. Pada waktu perang dunia ke-II, senyawa ini banyak digunakan untuk efek stimulansnya, antara lain meningkatkan daya tahan prajurit dan penerbang, menghilangkan rasa letih, mengantuk, maupun lapar, dan meningkatkan kewaspadaan dan aktivitas. Selain itu zat ini juga meningkatkan tekanan darah dan rate jantung, yang dapat menyebabkan stroke maupun serangan jantung.

Seusai perang zat ini, yang juga disebut “pep-pills”, sering sekali disalahgunakan oleh mahasiswa dan pengemudi truk untuk memberikan perasaan nyaman (euphoria), serta menghilangkan rasa kantuk dan lelah. Dikalangan atletik zat ini digunakan sebagai “doping” untuk meningkatkan prestasi yang melampai batas kemampuan normal. Keadaan ini tidak wajar dan berbahaya, karena
rasa letih merupakan peringatan dari tubuh bahwa seseorang tersebut telah sampai batas kemampuannya. Jika dipaksakan bisa menimbulkan “exhaustion” yang membahayakan kesehatan.

Overdose dapat berbahaya, dapat menimbulkan kekacauan pikiran, delirium, halusinasi, perilaku ganas, dan juga aritmia jantung yang dapat menimbulkan masalah serius. Untuk mengatasi gejala ini digunakan sedative misalnya
diazepam.



sumber : http://ariftenis.wordpress.com